Friday, June 25, 2021

Mengenal Diri Sendiri

 Hai Bund....

Jadi kebiasaan nih manggilnya bund :p pernah ga sih kalian akhirnya mengerti diri sendiri dan akhirnya kelian mencintai diri sendiri? Aku sekarang lagi di masa-masa memahami diri sendiri dan berusaha untuk mencintai diri sendiri....Self Love. Bukan narsis yaa hehe beda itu mah :D

source


Postingan ini masih nyambung sama postingan sebelumnya yang New Chapter. Jadi postingan kemarin kan aku cerita kalau aku ngerasa ga tenang, ngerasa selalu emosi, ngerasa ga dihargain dan macam-macam yang overall selalu negatif. Setelah mencari dan membaca kenapa begini dan begitu...ternyara aku mempunyai inner child. 

Yup inner child. Apa itu inner child? Inner child adalah sekumpulan peristiwa masa kecil yang baik atau buruk dan membentuk kepribadian sampai sekarang ini. Aku mempunyai luka batin waktu aku masih kecil dan itu berpengaruh sama karakter, tingkah laku, sifat yang aku miliki sekarang. Segitu ngaruhnya? Iya. Banget. Alhamdulillah aku tumbuh dari keluarga yang utuh. Ada  kedua orang tua dan dua kakak perempuan. No aku bukan anak broken home yang (maaf) orang tua nya bercerai. Tetapi tetap saja aku punya luka batin di masa kecil. Kok bisa keluarga utuh tapi mempunyai luka inner child? bisa banget. Semua dari pola asuh. Maaf postingan ini bukannya menjelekkan keluarga aku tapi ini murni apa yang aku rasain dan aku alami. Aku anak terakhir dari tiga bersaudara perempuan semua. Orang berpikir "Anak bungsu mah enak selalu dibela dan dimanja" Nyatanya? engga sama sekali. Aku selalu diberi label atau dijudge "anak manja" atau "kepala batu" atau "Bodoh". Belum lagi pas saat aku kecil aku selalu dibilangin oleh ibu aku kalau aku sebenarnya anak yang "tidak disengaja" alias ibu aku cuma pengen dua anak eeh tiba-tiba hamil anak ke-tiga yaitu aku. Waktu kecil aku ga begitu paham dan bertanya dalam hati. "Apa maksudnya?" tapi karena selalu berulang-ulang dikatakan begitu jadi aku berpikir dalam hati "apa mereka tidak menginginkan aku di dunia ini?" :'(

source

Pola asuh dengan sistem kompetisi juga ada di keluarga aku. Selalu dikasih rangking. Hal-hal sepele dijadiin kompetisi seperti juara makan lah, juara minum susu, dan lain-lain. Karena aku paling bungsu ya otomatis selalu aku kalah alias juara 3. Bukannya bilangin "udah ga apa-apa juara 3" atau kata-kata yang positif ga bikin down malah dicengin seperti "yaah kalah juara 3" trus mereka ngebanggain kakak-kakak aku yang juara 1 atau 2. Aduh klo inget ini aku sedih banget ini nulis juga sambil nahan air mata :') Belum lagi aku dapat bully-an dari kakak aku. Kakak aku yang nomer dua  beda 1,5 tahun sama aku. Dia dari kecil selalu marah ke aku. Sambil membentak "gara-gara kamu, aku ga jadi anak bungsu" atau "gara-gara kamu jadinya mama ga sayang sama aku" dan Ibu aku bilang begini ke kakak aku : "Iya pas kamu masih kecil mamah udah hamil. Padahal mama pengen anaknya dua aja" Pantaskah ucapannya kaya gitu di depan aku? Aku yang masih kecil cuma bisa diam dan berpikir kalau emang aku ini tidak diinginkan :')

Waktu aku umur 5 tahun, kita sekeluarga pindah ke Jepang karena Ayah aku dinas disana. Aku senang kehidupan di Jepang walaupun yaa orang Jepang itu nyebelin hahaha. Aku tinggal disana sekitar 5 tahunan. Jadi pas balik ke Indonesia umur aku 10 tahun. Dan disini lah berawal nightmare nya. Aku ke Jakarta pas kelas 4 SD. Aku disekolahkan di swasta. Awalnya seneng punya teman baru tapi lama kelamaan aku ngerasa kok beda. Aku ngerasa aku beda dari mereka. Dari bahasa, budaya, tradisi beda dari kehidupan aku di Jepang. FYI aku dulu di Jepang sekolah di SRIT walaupun sekolah Indonesia tapi bahasa pengantarnya bahasa Jepang dan aku kalau ngomong campur Indonesia-Jepang. Bahasa Indonesia yang aku pakai juga bahasa baku. Jadi pas sampai di Jakarta banyak kosa kata bahasa Indonesia yang aku ga ngerti atau bahasa betawi / slank. Aku di Jepang main sama teman juga pakai bahasa Jepang. Bahkan, ngomong dalam hati sendiri juga pakai bahasa Jepang! Jadi begitu sampai disini aku bingung sendiri. Mereka main lompat tali aku ga bisa, mereka main permainan bola bekel aku ga bisa. Akhirnya aku ga diajak main sama teman-teman aku karena yaa aku ga bisa. Dari situ aku ga punya teman sama sekali dan aku jadi anak yang sangat pendiam. Aku merasa malu dan beda dari anak lain. Selain itu aku tidak bisa mengikuti pelajaran di Sekolah karena kurikulumnya beda sama sekolah di Jepang. Ga punya teman karena teman-teman di Sekolah tidak ada yang mengerti kondisi aku. Guru-guru di Sekolah pun juga begitu hanya menganggap aku bodoh. Orang tua? Mereka ga memperhatikan aku sewaktu aku di masa-masa sulit itu. Mereka menganggap "ah nanti juga punya teman" atau "Ya udah lah emang anaknya ga bisa ngikutin pelajaran" atau "kakaknya aja bisa adaptasi, masa dia engga" yep semua ga ada yang tau kalau aku mengalami Culture Shock. Silahkan googling sendiri ya apa itu Culture Shock. Perlu diingat yaa aku mulai sekolah waktu di Jepang sedangkan dua kakak aku udah pernah Sekolah di Jakarta jadi mereka bisa beradaptasi karena punya pengalaman sekolah di Indonesia. Jadi aku yang paling kena Culture Shock tersebut. Karena kejadian culture shock ini, jadinya aku punya kepribadian introvert. Lebih suka sendiri. Kedua orang tua aku tidak menolong dalam situasi ini.

source

Masa-masa kelam aku ya pas aku kelas 4,5 dan 6 SD itu. Pendiam dan tidak punya teman. Pada saat SMP, aku ga mau seperti itu lagi. Aku mau berubah. Aku pengen punya teman. Aku mau belajar dengan giat biar orang tua aku bisa "liat" aku dan menilai aku ini mampu. Akhirnya aku sekolah di SMP yang termasuk unggulan di jamannya. Kedua kakak aku juga bersekolah yang sama juga. Jadi yaa orang tua aku bangga dan ga banding-bandingin lagi :) karena tekad aku begitu dan kedua orang tua aku ga "bandingin" aku sama kakak-kakak aku lagi, akhirnya aku bisa mengikuti pelajaran di Sekolah. Aku punya banyak teman, aku udah bukan anak pendiam lagi.  Sampai pada SMA, aku beda sekolah sama kedua kakak aku. Kakak pertama (tentunya) di SMA unggulan. Kakak kedua di SMA yang biasa aja (ga terkenal) dan aku di SMA yang terkenal tawuran :D Awalnya kedua ortu kaya ga suka aku bersekolah di SMA tersebut tapi karena lagi masa SMA ya jadi lagi masa rebel dan bodo amat-an. Jadinya aku yaa ga ambil pusing sama sikap kedua ortu. Aku senang juga di SMA karena punya banyak teman (ga banyak banget sih) punya temen genk, pergi ke mall sama teman, main ke rumah teman, nginep di rumah, ke bioskop rame-rame. Seru lah masa SMA itu :D 

source

Pas kuliah, kedua ortu ku memberi ultimatum ke anak-anaknya. Harus kuliah di kampus negeri. Kalau keterima di swasta berarti bayar kuliah sendiri. Bagus sih ini jadi memotivasi aku lebih giat belajar. Tapi ya tiap anak kan kemampuannya beda. Walaupun saudara kandung ya tetep aja beda. Kedua kakak aku keterima di UI. Sedangkan aku di UIN yang akhirnya jadi bercandaan di rumah. UI Negeri lah. UI yang beda. Begitu deh. Semua keluarga besar pada bangga karena kakak aku keterima di UI. Orangtua aku ya pastinya bangga banget. Ke aku ya biasa aja wong keterimanya di UIN buka UI. Harusnya sih merka bangga juga ya karena aku keterima juga kan di negeri tapi malah dijadiin bahan lelucon. Agak sedih sih tapi waktu itu aku masih bodo amat. Aku fine-fine aja sih kuliah di UIN karena aku tau UIN punya keunikan sendiri. Bagus juga. Dosen-dosennya juga acungan jempol. Ok intinya dari SMP sampai kuliah aku ngerasa orangtua aku udah ga kaya dulu lagi. ga terlalu banding-bandingin anaknya. Walaupun kadang masih tapi aku udah cuek dan bodo amat. Tapi pada saat aku umur 20an. Aku tumbuh jadi anak yang lebih sensi (mana zodiaknya Cancer kan yang terkenal sensitif) dan aku mulai mempertanyakan dan benci sama sifat aku yang introvert, kenapa aku kalau diajak diskusi malah diem aja dan lain-lain. Sampai akhirnya aku menikah, aku kira ya sudah ga ada lagi yang dibanding-bandingin karena ya udah dewasa. Ternyata makin kesini ya makin parah. Dari mulai desain undangan nikah. Ibu aku ngomong di depan aku kalau desain undangan nikahan aku itu kekanak-kanakan. Ga bagus dan dia bilang kalau undangan kakak nomer dua itu bagus dan elegan. Kakak nomor satu juga dibilangnya bagus. Aku saat itu kaget donk kok masih aja dibanding-bandingkan. Aku kira udah selesai masa-masa kelam aku yang selalu diurutan bawah dan tidak dianggap. Aku jadi kembali ke diri aku yang dulu, aku benci sama diri aku sendiri dan aku merasa tidak dianggap.

Setelah punya anak pun makin parah. Biasa laaahh anak aku dibanding-bangingin lagi sama anaknya kakak aku. Aduh nulis begini kaya membuka luka lama haha :'D dari tadi mood nya ga enak karena kaya buka buku lama yang usang :p 

source


Makin kesini ya aku makin sadar dan paham kalau orang tua aku punya anak kesayangan. Kenapa mereka membeda-bedakan anak. Aku juga jadi mengerti kenapa mereka bersikap kaya gitu. Ibu aku cerita bahwa dia ngerasa kasih sayang ke anak nomor dua kurang karena aku lahir pada saat kakak aku itu masih kecil. Jadi sikap Ibu aku ke kakak nomer dua kaya begitu. Aku juga ga bisa menyalahkan sih. Sempet... sempet marah sih. Kenapa aku dibesarkan di keluarga yang penuh kompetisi dan dibanding-bandingkan. Tapi makin kesini buat apa marah? karena semua udah terjadi dan sudah membentuk karakter aku yang saat ini. Saat ini aku masih introvert, susah dekat sama orang, susah beradaptasi di lingkungan baru, kurang percaya diri, punya teman yang bisa dihitung dengan jari alias sedikittt. Tapi itu semua aku terima. Aku mulai mengerti aku sendiri. Aku bisa terima dengan ikhlas. Aku udah tutup buku itu masa kelam aku. Aku ga mau terjerumus di masa kelam itu lagi. Aku sayang sama aku yang punya sifat introvert, aku sayang sama sahabat baik aku walaupun cuma sedikit. Aku bisa menempatkan diri di lingkungan baru...pokoknya aku sayang sama sifat aku ini semua. Aku juga memaafkan kedua orang tua aku dan kakak aku. Forgiven not forgotten. Kalau aku ingat tentang sikap kedua orang tua aku yang selalu membanding-bandingkan, aku langsung bad mood sepanjang hari. Luka lama kaya kebuka lagi. Seperti hari ini aku nulis postingan ini. Aku bad mood seharian haha tapi nulils blog ini semacam terapi buat aku. 

source

Makanya aku juga memperdalam agama lagi karena bagaimanapun juga itu orang tua. Kita harus menghormati mereka. Aku punya pegangan yaitu Agama. Belajar banyak juga tentang pola asuh anak. Tapi yaa karena waktu kondisi aku masih marah aku pernah berucap bahwa nanti kalau aku punya anak, aku ga bakal membanding-bandingkan anak ke satu dan seterusnya dan pernah juga berucap mending punya anak satu aja biar ga ada yang merasa dikucilkan kaya waktu aku dulu. Mungkin karena ucapan itu jadinya aku belom hamil lagi hahahaha :D Aku udah pasrah ke Allah saja kalau masalah itu. Yang penting sekarang aku terima apa saja keputusan Allah dan yang terpenting aku udah berikhtiar :)

 Aku udah berdamai semua tentang masa-masa kelam itu dan aku sayang diri aku sendiri ^^


Stay safe and keep healthy yaaa


Friday, June 18, 2021

New Chapter

 Hai bund...


Eh apaan sih kok new chapter? Iya jadi kegundahan aku selama setahun ini nih bund....semenjak si CORO datang ke dunia ini aku kaya takut sendiri....overthinking.....Apa dunia akan kiamat? Bagaimana kalau aku meninggal? Apa sudah siap? Bagaimana kalau besok ternyata kiamat? Setiap hari Jum'at pasti aku ketakutan sendiri karena takut itu hari Jum'at terakhir.... 

source

Begitulah setahun belakangan ini, kondisi aku penuh dengan ketakutan, penuh emosi karena kondisi ekonomi menurun, emosi naik karena ngajarin anak belajar, kesabaran diuji karena orang tua sudah tua dan sakit, semakin sensi (dasarnya udah sensi karena aku Cancer eeh ditambah sensi lagi karena keadaan). Bawaannya nge-GAS terus. Pada bulan Ramadhan 2020 aku memutuskan untuk benar-benar beribadah mencari pahala bukan puasa saja tapi juga baca Al-Qur'an beserta artinya. Biar benar-benar paham apa yang dibaca. Dan salah satu surat menyebutkan bahwa seorang wanita wajib memakai kerudung untuk menutupi rambut dan bagian dadanya. Darisitu aku langsung ter-enyuh. Apa jadinya kalau besok aku meninggal tapi aku belum menunaikan apa yang diperintahkan oleh Allah dan sudah tertulis di Al-Qur'an....itu terus yang ada di pikiran aku selama setahun ini. Maju mundur lah aku....pakai hijab apa engga karena yaa kadang masih suka iseng kriting-kriting rambut pakai catokan atau pengen ngewarnain rambut atau pakai baju lengan pendek karena adem segala macam itu. Intinya sih masih banyak godaan.


Akhirnya pada tahun 2021 aku memutuskan memakai hijab. Buat apa aku menunda-nunda lagi? Maut ga ada yang tau kapan datangnya, hanya Allah yang tau semua itu. Jadi as soon as possible lah pakai. Kalau dipikir-pikir aku udah kenyang memainkan rambut. Pernah lurus, pernah keriting, sering nyatok, pernah diwarnain, pernah panjang dan pendek. Pakai baju juga udah sering pakai lengan pendek. Intinya sih ya udah kenyang lah semua itu. Aku juga benar-benar mau pakai hijab ya karena kemauan sendiri bukan paksaan dari orang atau pun dari luar. Jujur aku pernah pakai hijab pada saat kuliah karena kampus aku memang mewajibkan aku memakai hijab (jaman dulu bilangnya jilbab). Tapi selama kuliah aku ga nyaman karena pakai hijab dengan paksaan. Aku saat itu rasanya ingin cepat selsai kuliah biar bisa lepas jilbab. Tapi aku berdoa dalam hati "semoga aku bisa memakai jilbab lagi tanpa ada paksaan melainkan benar-benar dari hati" ternyata doa tersebut terkabul di tahun ini.


source

Alhamdulillah suami mendukung. Karena aku memakai hijab kali ini benar-benar dari hati jadi aku merasa senang ^_^ Dari dulu sampai sekarang makna hijab/jilbab menurut aku itu bukan sekedar menutup kepala saja melainkan kita membawa nama agama. Jadi perbuatan kita membawa nama Islam. Sebaiknya ya bertutur kata yang baik, berkelakuan yang baik dan bersikap yang baik. Oh juga berpakaian yang sopan tentunya hehehe


Oke segitu dulu cerita new chapter aku...doain supaya istiqomah ya bund ^^

Stay safe and keep healthy!!!

Halo again!! Update lagiiiii

 Helloooo

Eh gilee udah 2 tahun ga aktif nulis wkwkwk sungguh blogger macam apa ini ^^; Apa kabar semua buibu?? Wah terahir update blog tentang anak aku masuk TK. Daaaannnnn Juli besok alias bulan depan anak aku udah mau masuk SD gengs wkwkwk kayanya setiap anak aku mau sekolah malah aku update blog ya wkwkwk


Eh tapi kali ini ga ada drama cari sekolah kaya postingan sebelum ini ^^; Tapi mau cerita drama anak aku ga lanjutin TK B dan galaunya diriku ini karena bentar lagi anak udah masuk SD hahaha so this is gonna be long story.....



Langsung aja ya jadi selama anak aku TK A di tahun 2019 aku happy karena liat perkembangan anak yang melesat. Dia jadi punya teman, jadi bisa bersosialisasi, punya pengetahuan dari guru di sekolah, belajar mengenai huruf dan angka juga agama. Pokoknya sebagai Ibu, aku liat anak aku perkembangannya luar biasa dari Sekolah ini. Eh tiba-tiba di tahun 2020 ada si kampret muncul di Dunia dan masuk ke Indonesia yaitu virus C-19 sebut aja si CORO (aku sebel banget sama dia!) yang mengakibatkan sekolah secara online. Awalnya ok baik kita hadapi sama-sama sekolah online ini tapi makin kesini kok sekolah online nya semakin ga efektif dan tidak seperti sekolah-sekolah lain yang mengadakan zoom class atau google meet. Ini hanya dikasih LKS dan anak disuruh ngerjain LKS dan diberi tugas (seperti mewarnai atau membuat prakarya) dan tentu saja aku yang mostly sekitar 70% yang ngerjain prakarya nya wkwk. Dengan bayaran spp harga normal dan metode pembelajaran online tapi nyatanya cuma seperti mengumpulkan tugas doank dengan gurunya cuma memuji "wah hebat pintar" via WA. Jadi benar-benar tidak efektif. Lalu pada bulan-bulan terakhir sekolah TK A, pihak sekolah memberi tau harga daftar ulang dan SPP (harga normal) untuk TK B tanpa memberi tau metode pengajaran selanjutnya seperti apa. Kita sebagai orang tua ya protes lah dan juga protes karena harga masih normal dan sistem pengajarannya ga efektif (wajar kan protes wong kita bayar) plus waktu itu suami juga ikut dampak karena CORO.


Protes aku didengerin sih cuma jawabannya ga memuaskan. Aku pengennya pihak sekolah kasih tau nanti sistem belajar online nya seperti apa. Ini tidak sama sekali. Kecewa? Iya pasti. Ibaratnya : Gw udah bayar mahal tapi yang didapet itu harga diskon. Makanya aku kesel dan kecewa sama pihak sekolah. Lalu aku mikir ini TK B harusnya mulai belajar baca, tulis dan hitung. Kalau metode belajarnya cuma ngerjain LKS doank ya ga efektif dan ujung-ujungnya Ibunya lah yang ngajarin baca, tulis dan berhitung. Buat apa bayar mahal-mahal tapi ujungnya aku juga yang ngajarin. Akhirnya aku dan suami mutusin anak aku ga lanjut TK B di sekolah tersebut. Sedih sih beneran sedih karena yaa dia jadi keilangan guru-gurunya dan teman-temannya. Walaupun emang ga tatap muka karena si CORO tapi yaa pasti keilangan sosok guru dan teman-temannya. 


Dengan semangat 45 aku ngajarin anak aku belajar di rumah. Belajar membaca, tulis dan berhitung. Aku beli macam-macam buku. Ngajarin Iqro juga. Ternyata emang ga mudah ngajarin anak kecil. Harus tahan emosi. Tapi lama kelamaan bisa tahan emosi dan anak semakin bisa membaca dan menulis. Walaupun yaa masih harus dieja. Nah ada drama nihhhh jadi begitu tau anak aku ga lanjutin TK B di sekolah tersebut, si Guru kaget dan mereka malah menakut-nakuti kalau nanti masuk SD harus ada ijasah TK. Awalnya parno (namanya juga ga ngerti) "aduh mampus nanti gimana tahun depan pas daftar SD ga ada ijasah" trus akhirnya aku kontak 2 sekolah SD di dekat rumah, nanya syarat masuk SD dan aku tanya kalau ga ada ijasah TK bisa apa tidak dan dua Sekolah tersebut bilang : BISA. Alhamdulillah bisa masuk tanpa harus ada ijasah TK. Kalau dipikir-pikir sekolah wajib kan SD, SMP, SMA sedangkan TK itu bukan wajib. Jadi itu akal-akalan mereka aja bilang kalau ga ada ijasah TK ga bisa masuk SD >__<


Drama ga sampe situ aja. Status WA guru-guru TK tersebut pada kompak yang isinya syarat masuk SD harus ada ijasah TK. Tidak lupa tulisan tersebut di-BOLD wkwkwkwk sungguh kekanak-kanakan sekali. Kaget sih kok guru begitu ya. Kaya baper. Lah kan kita punya hak mau lanjut apa engga di sekolah tersebut. Yang bikin aku kesel nih ya. Guru itu suka pamer dapet hampers dari ortu murid. Hampers naik kelas lah ...hampers lebaran....ga lupa caption nya "terimakasih mama xxxx (nama anak)". Trus pas mau ada acara kelulusan TK B secara online, yang ngasih tau nanti anak-anak TK A disuruh buat prakarya persembahan untuk guru itu bukan dari WOTK (wakil orang tua kelas) melainkan orang tua anak yang bukan anggota WOTK (yang aku lihat paling getol ngasih hampers mahal ke guru). Lah apa gunanya WOTK ya?? Kebetulan aku salah satu anggota WOTK. Kok kaya ga dianggap banget. Trus pas acara kelulusan TK B online disebutin tuh anak berprestasi siapa dan juaranya adalaaaaaahhhhh si anak yang ibunya suka ngasih hampers mahal ke guru (dan dia juga yang ngasih tau anak-anak TK A bikin prakarya pas acara tersebut). Jadi tau lah kualitas guru-guru di Sekolah tersebut gimana. Perkara aku protes mengenai belajar online mereka dan menanyakan sistem belajar di TK B gimana masa mereka kaya gitu sikapnya ke aku plus aku juga cabut dari tu Sekolah. Hadeeeeehhhh


beginilah aku pas ke Sekolah wkwk itu yg di belakang si Guru-guru rumpik :D


Yowes deh kayanya kalau di Indonesia tuh...kalau orang yang suka protes, kritik atau bisa disebut terlalu "bersuara" malah dijadiin public enemy wkwkwk 


Ok segitu dulu cerita drama sekolahnya lanjut postingan berikutnya ;)

Stay safe and keep healthy ^________^