Hai Bund....
Jadi kebiasaan nih manggilnya bund :p pernah ga sih kalian akhirnya mengerti diri sendiri dan akhirnya kelian mencintai diri sendiri? Aku sekarang lagi di masa-masa memahami diri sendiri dan berusaha untuk mencintai diri sendiri....Self Love. Bukan narsis yaa hehe beda itu mah :D
source |
Postingan ini masih nyambung sama postingan sebelumnya yang New Chapter. Jadi postingan kemarin kan aku cerita kalau aku ngerasa ga tenang, ngerasa selalu emosi, ngerasa ga dihargain dan macam-macam yang overall selalu negatif. Setelah mencari dan membaca kenapa begini dan begitu...ternyara aku mempunyai inner child.
Yup inner child. Apa itu inner child? Inner child adalah sekumpulan peristiwa masa kecil yang baik atau buruk dan membentuk kepribadian sampai sekarang ini. Aku mempunyai luka batin waktu aku masih kecil dan itu berpengaruh sama karakter, tingkah laku, sifat yang aku miliki sekarang. Segitu ngaruhnya? Iya. Banget. Alhamdulillah aku tumbuh dari keluarga yang utuh. Ada kedua orang tua dan dua kakak perempuan. No aku bukan anak broken home yang (maaf) orang tua nya bercerai. Tetapi tetap saja aku punya luka batin di masa kecil. Kok bisa keluarga utuh tapi mempunyai luka inner child? bisa banget. Semua dari pola asuh. Maaf postingan ini bukannya menjelekkan keluarga aku tapi ini murni apa yang aku rasain dan aku alami. Aku anak terakhir dari tiga bersaudara perempuan semua. Orang berpikir "Anak bungsu mah enak selalu dibela dan dimanja" Nyatanya? engga sama sekali. Aku selalu diberi label atau dijudge "anak manja" atau "kepala batu" atau "Bodoh". Belum lagi pas saat aku kecil aku selalu dibilangin oleh ibu aku kalau aku sebenarnya anak yang "tidak disengaja" alias ibu aku cuma pengen dua anak eeh tiba-tiba hamil anak ke-tiga yaitu aku. Waktu kecil aku ga begitu paham dan bertanya dalam hati. "Apa maksudnya?" tapi karena selalu berulang-ulang dikatakan begitu jadi aku berpikir dalam hati "apa mereka tidak menginginkan aku di dunia ini?" :'(
source |
Pola asuh dengan sistem kompetisi juga ada di keluarga aku. Selalu dikasih rangking. Hal-hal sepele dijadiin kompetisi seperti juara makan lah, juara minum susu, dan lain-lain. Karena aku paling bungsu ya otomatis selalu aku kalah alias juara 3. Bukannya bilangin "udah ga apa-apa juara 3" atau kata-kata yang positif ga bikin down malah dicengin seperti "yaah kalah juara 3" trus mereka ngebanggain kakak-kakak aku yang juara 1 atau 2. Aduh klo inget ini aku sedih banget ini nulis juga sambil nahan air mata :') Belum lagi aku dapat bully-an dari kakak aku. Kakak aku yang nomer dua beda 1,5 tahun sama aku. Dia dari kecil selalu marah ke aku. Sambil membentak "gara-gara kamu, aku ga jadi anak bungsu" atau "gara-gara kamu jadinya mama ga sayang sama aku" dan Ibu aku bilang begini ke kakak aku : "Iya pas kamu masih kecil mamah udah hamil. Padahal mama pengen anaknya dua aja" Pantaskah ucapannya kaya gitu di depan aku? Aku yang masih kecil cuma bisa diam dan berpikir kalau emang aku ini tidak diinginkan :')
Waktu aku umur 5 tahun, kita sekeluarga pindah ke Jepang karena Ayah aku dinas disana. Aku senang kehidupan di Jepang walaupun yaa orang Jepang itu nyebelin hahaha. Aku tinggal disana sekitar 5 tahunan. Jadi pas balik ke Indonesia umur aku 10 tahun. Dan disini lah berawal nightmare nya. Aku ke Jakarta pas kelas 4 SD. Aku disekolahkan di swasta. Awalnya seneng punya teman baru tapi lama kelamaan aku ngerasa kok beda. Aku ngerasa aku beda dari mereka. Dari bahasa, budaya, tradisi beda dari kehidupan aku di Jepang. FYI aku dulu di Jepang sekolah di SRIT walaupun sekolah Indonesia tapi bahasa pengantarnya bahasa Jepang dan aku kalau ngomong campur Indonesia-Jepang. Bahasa Indonesia yang aku pakai juga bahasa baku. Jadi pas sampai di Jakarta banyak kosa kata bahasa Indonesia yang aku ga ngerti atau bahasa betawi / slank. Aku di Jepang main sama teman juga pakai bahasa Jepang. Bahkan, ngomong dalam hati sendiri juga pakai bahasa Jepang! Jadi begitu sampai disini aku bingung sendiri. Mereka main lompat tali aku ga bisa, mereka main permainan bola bekel aku ga bisa. Akhirnya aku ga diajak main sama teman-teman aku karena yaa aku ga bisa. Dari situ aku ga punya teman sama sekali dan aku jadi anak yang sangat pendiam. Aku merasa malu dan beda dari anak lain. Selain itu aku tidak bisa mengikuti pelajaran di Sekolah karena kurikulumnya beda sama sekolah di Jepang. Ga punya teman karena teman-teman di Sekolah tidak ada yang mengerti kondisi aku. Guru-guru di Sekolah pun juga begitu hanya menganggap aku bodoh. Orang tua? Mereka ga memperhatikan aku sewaktu aku di masa-masa sulit itu. Mereka menganggap "ah nanti juga punya teman" atau "Ya udah lah emang anaknya ga bisa ngikutin pelajaran" atau "kakaknya aja bisa adaptasi, masa dia engga" yep semua ga ada yang tau kalau aku mengalami Culture Shock. Silahkan googling sendiri ya apa itu Culture Shock. Perlu diingat yaa aku mulai sekolah waktu di Jepang sedangkan dua kakak aku udah pernah Sekolah di Jakarta jadi mereka bisa beradaptasi karena punya pengalaman sekolah di Indonesia. Jadi aku yang paling kena Culture Shock tersebut. Karena kejadian culture shock ini, jadinya aku punya kepribadian introvert. Lebih suka sendiri. Kedua orang tua aku tidak menolong dalam situasi ini.
source |
Masa-masa kelam aku ya pas aku kelas 4,5 dan 6 SD itu. Pendiam dan tidak punya teman. Pada saat SMP, aku ga mau seperti itu lagi. Aku mau berubah. Aku pengen punya teman. Aku mau belajar dengan giat biar orang tua aku bisa "liat" aku dan menilai aku ini mampu. Akhirnya aku sekolah di SMP yang termasuk unggulan di jamannya. Kedua kakak aku juga bersekolah yang sama juga. Jadi yaa orang tua aku bangga dan ga banding-bandingin lagi :) karena tekad aku begitu dan kedua orang tua aku ga "bandingin" aku sama kakak-kakak aku lagi, akhirnya aku bisa mengikuti pelajaran di Sekolah. Aku punya banyak teman, aku udah bukan anak pendiam lagi. Sampai pada SMA, aku beda sekolah sama kedua kakak aku. Kakak pertama (tentunya) di SMA unggulan. Kakak kedua di SMA yang biasa aja (ga terkenal) dan aku di SMA yang terkenal tawuran :D Awalnya kedua ortu kaya ga suka aku bersekolah di SMA tersebut tapi karena lagi masa SMA ya jadi lagi masa rebel dan bodo amat-an. Jadinya aku yaa ga ambil pusing sama sikap kedua ortu. Aku senang juga di SMA karena punya banyak teman (ga banyak banget sih) punya temen genk, pergi ke mall sama teman, main ke rumah teman, nginep di rumah, ke bioskop rame-rame. Seru lah masa SMA itu :D
source |
Pas kuliah, kedua ortu ku memberi ultimatum ke anak-anaknya. Harus kuliah di kampus negeri. Kalau keterima di swasta berarti bayar kuliah sendiri. Bagus sih ini jadi memotivasi aku lebih giat belajar. Tapi ya tiap anak kan kemampuannya beda. Walaupun saudara kandung ya tetep aja beda. Kedua kakak aku keterima di UI. Sedangkan aku di UIN yang akhirnya jadi bercandaan di rumah. UI Negeri lah. UI yang beda. Begitu deh. Semua keluarga besar pada bangga karena kakak aku keterima di UI. Orangtua aku ya pastinya bangga banget. Ke aku ya biasa aja wong keterimanya di UIN buka UI. Harusnya sih merka bangga juga ya karena aku keterima juga kan di negeri tapi malah dijadiin bahan lelucon. Agak sedih sih tapi waktu itu aku masih bodo amat. Aku fine-fine aja sih kuliah di UIN karena aku tau UIN punya keunikan sendiri. Bagus juga. Dosen-dosennya juga acungan jempol. Ok intinya dari SMP sampai kuliah aku ngerasa orangtua aku udah ga kaya dulu lagi. ga terlalu banding-bandingin anaknya. Walaupun kadang masih tapi aku udah cuek dan bodo amat. Tapi pada saat aku umur 20an. Aku tumbuh jadi anak yang lebih sensi (mana zodiaknya Cancer kan yang terkenal sensitif) dan aku mulai mempertanyakan dan benci sama sifat aku yang introvert, kenapa aku kalau diajak diskusi malah diem aja dan lain-lain. Sampai akhirnya aku menikah, aku kira ya sudah ga ada lagi yang dibanding-bandingin karena ya udah dewasa. Ternyata makin kesini ya makin parah. Dari mulai desain undangan nikah. Ibu aku ngomong di depan aku kalau desain undangan nikahan aku itu kekanak-kanakan. Ga bagus dan dia bilang kalau undangan kakak nomer dua itu bagus dan elegan. Kakak nomor satu juga dibilangnya bagus. Aku saat itu kaget donk kok masih aja dibanding-bandingkan. Aku kira udah selesai masa-masa kelam aku yang selalu diurutan bawah dan tidak dianggap. Aku jadi kembali ke diri aku yang dulu, aku benci sama diri aku sendiri dan aku merasa tidak dianggap.
Setelah punya anak pun makin parah. Biasa laaahh anak aku dibanding-bangingin lagi sama anaknya kakak aku. Aduh nulis begini kaya membuka luka lama haha :'D dari tadi mood nya ga enak karena kaya buka buku lama yang usang :p
source |
Makin kesini ya aku makin sadar dan paham kalau orang tua aku punya anak kesayangan. Kenapa mereka membeda-bedakan anak. Aku juga jadi mengerti kenapa mereka bersikap kaya gitu. Ibu aku cerita bahwa dia ngerasa kasih sayang ke anak nomor dua kurang karena aku lahir pada saat kakak aku itu masih kecil. Jadi sikap Ibu aku ke kakak nomer dua kaya begitu. Aku juga ga bisa menyalahkan sih. Sempet... sempet marah sih. Kenapa aku dibesarkan di keluarga yang penuh kompetisi dan dibanding-bandingkan. Tapi makin kesini buat apa marah? karena semua udah terjadi dan sudah membentuk karakter aku yang saat ini. Saat ini aku masih introvert, susah dekat sama orang, susah beradaptasi di lingkungan baru, kurang percaya diri, punya teman yang bisa dihitung dengan jari alias sedikittt. Tapi itu semua aku terima. Aku mulai mengerti aku sendiri. Aku bisa terima dengan ikhlas. Aku udah tutup buku itu masa kelam aku. Aku ga mau terjerumus di masa kelam itu lagi. Aku sayang sama aku yang punya sifat introvert, aku sayang sama sahabat baik aku walaupun cuma sedikit. Aku bisa menempatkan diri di lingkungan baru...pokoknya aku sayang sama sifat aku ini semua. Aku juga memaafkan kedua orang tua aku dan kakak aku. Forgiven not forgotten. Kalau aku ingat tentang sikap kedua orang tua aku yang selalu membanding-bandingkan, aku langsung bad mood sepanjang hari. Luka lama kaya kebuka lagi. Seperti hari ini aku nulis postingan ini. Aku bad mood seharian haha tapi nulils blog ini semacam terapi buat aku.
source |
Makanya aku juga memperdalam agama lagi karena bagaimanapun juga itu orang tua. Kita harus menghormati mereka. Aku punya pegangan yaitu Agama. Belajar banyak juga tentang pola asuh anak. Tapi yaa karena waktu kondisi aku masih marah aku pernah berucap bahwa nanti kalau aku punya anak, aku ga bakal membanding-bandingkan anak ke satu dan seterusnya dan pernah juga berucap mending punya anak satu aja biar ga ada yang merasa dikucilkan kaya waktu aku dulu. Mungkin karena ucapan itu jadinya aku belom hamil lagi hahahaha :D Aku udah pasrah ke Allah saja kalau masalah itu. Yang penting sekarang aku terima apa saja keputusan Allah dan yang terpenting aku udah berikhtiar :)
Aku udah berdamai semua tentang masa-masa kelam itu dan aku sayang diri aku sendiri ^^
Stay safe and keep healthy yaaa